Plan?
“AZURA! Jangan terlalu cepat!” cetus Sally. “ooops, maaf Sally. Aku terlalu bersemangat. Haha!” jawab Sally lalu melanjutkan berjalan kelantai 1. “aku lelah!” kata Azura. “sama denganku!” dilantai 3, Azura dan Sally berlari menuju elevator. Dilihatnya Celine dan Zenon keluar dari elevator menuju kantin dilantai 3. Azura menarik tangan Sally untuk bersembunyi. Setelah keadaan aman, Sally menarik tangan Azura kearah elevator.
Dihalaman sekolah, lantai 1. “Go... Go...!” Alice masiih berlatih. Azura dan Sally berlari kearah Alice. “ikuti gerakanku!” Alice menggerakkan tubuhnya dengan tehnik yang tidak dapat diikuti oleh gadis biasa selain anggota pemandu sorak. Alice melihat kearah Azura dan Sally yang berlari menghampirinya. “hy, Gi...” Alice tak sempat melanjutikan kata-katanya. “Woah! Calm down girls!” Sally dan Azura menarik tangan Alice dan berhenti ditempat yang cukup aman untuk memberi info tentang Celine. “Zenon? Benarkah?” tanya Alice tak yakin stelah Sally menjelaskan. “aku tak sabar menanti cerita berikutnya!” Alice bersorak senang. Lalu segera kembali kesifatnya yang keren dan tidak mempedulikan. “yeah, itu kabar baik.” Lanjut Azura. “yup. Maaf aku harus menyelesaikan latihanku. Kira-kira 5 menit lagi kami akan selesai berlatih.” Jelas Alice. Azura mengacungkan jempolnya tanda setuju. George menghampiri Sally dan menatapnya. Sally merasa tidak tahan lalu menggangdeng tangan Azura untuk segera pindah dari tempat itu. George heran. Josh melihat tingkah Azura dan sahabatnya yang menarik perhatiannya.
“hah, mereka memang sibuk.” Keluh Azura. “yeah, bagaimana nanti kalau mereka sudah memiliki pacar ya? Apakah mereka akan peduli dengan kita?” tambah Sally yang agak kesal. “pfffh! Memang asik menjadi mereka.” Azura menjelekakan dirinya sendiri. “yeah.” Respon Sally. Azura dan Sally duduk di cafe sekolah sambil meminum ice blend mereka masing-masing dan beberapa cake yang terlihat menggoda. Azura melihat kearah Wendy. “hei, nenek sihir sudah kembali.” Azura terus menatap Wendy. Wendy memang selalu tampil menarik. Ia memakai Dress dengan bentuk yang unik yang bermerk identiTee. Azura merasa kesal melihatnya. Wendy menatap Azura dengan sinis dan merasa bangga akan dress-nya yang baru ia dapatkan dari liburannya di Paris sambil mengurus bisnis fashion-nya. Azura menaiki elevator dan turun kelantai 1 tempat loker-lokernya berada. Ia melalui ruangan bernama “Popular” didalam situ, terdapat lokernya.sedangkan loker Sally, Alice dan Celine berada diruangan “Hot Popular”. Yah, inilah Azura. Selalu ingin terlihat seperti sahabat-sahabatnya. Ia membuka lokernya. Didalam lokernya, terdapat beberapa dress, t-shirt keren, rok pendek dan celana yang berkelas. Ia memakai dress bewarna ungu, lalu mengambil jubah berbulu super glamour dan mengeluarkan sepatu boot berbulu putihnya. “yeah, i like my style.” Azura bercermin dan mengambil kacamata bermerk GUCCI bewarna ungu tua. Azura berlari menuju elevator. Yup, semua murid melihatnya. Seperti tuan putri yang tersesat disekolah. Dan fahion tingkat tingginya membuat gadis-gadis iri kepadanya. Layar pada elevator sudah menunjukkan lantai 3. Azura kembali ketempat duduknya dan memamerkan fashion-nya kepada Sally. Wendy kaget melihat Azura. Murid-murid yang berada di cafe itu mulai mendekati Azura dan Sally. Wendy merasa kalah, tetapi ia tidak ingin kalah begitu saja dengan orang yang tingkat kepopulerannya lebih rendah darinya. Wendy, Cecylia dan Matilda menghampiri Azura. “ada apa?” kata Azura dengan sinis. “gayamu seperti beruang. Haha!” kata-kata pedas dari Wendy pun keluar. Semua murid yang mendengarkannya tertawa. “nona berbulu!” tambah Cecylia. Azura menundukkan kepala. Sally berdiri menggenggam tangan Azura untuk berdiri. “oh, thanks! Kau sangat baik!” sally tersenyum menyindir kepada Wendy. “yeah, you’re welcome.” Jawab Wendy. “haha! Rupanya kau iri?” Azura bankit dari rasa malunya. “apa? Iri? Oh, bless you heart baby.”sindir Wendy. Sally merasa geram. “gayamu seperti tarzan. Dress bewarna coklat yang bagian bawahnya berdesain miring dan sepatu sandalmu yang bewarna coklat kayu. Owh, kasihan kau!” Sally menyindir Wendy. Azura tidak ingin kalah dari Sally. “yeah, kasihan sang tarzan. Pasti kau tersesat berada disini?” Azura menambahkan. “pfffh!” Wendy menghentakkan kakinya lagu segera pergi dari cafe itu. Semua murid tertawa. Azura melepas jubahnya, menunjukkan dresssnya yang bagian bawahnya sedikit rumit dan kerahnya yang polos tetapi terlihat anggun. Rambut keriting gantung bewarna hitam yang ketika terkena sinar matahari terlihat bewarna ungu tuanya berkombinasi warna dengan dressnya, menjadi sangat indah. Sally tersenyum melihatnya. Wendy, melihat momen itu dijendela cafe dan menjadi semakin geram. “Azura Montez.” Kata Wendy Alajozy dengan senyuman jahatnya dan pergi menjauhi cafe itu.
“Minggir!” Wendy mengusir Alice untuk menempati tempatnya sebagai ketua. “hei, bicaralah dengan bahasa yang SOPAN!” bentak Alice lalu berjalan menuju posisinya sebagai wakil. “terserah.” Balas Wendy, memutar bola matanya. “Go... Go... Go...!” Wendy mulai memimpin. Rambutnya yang panjang sepunggung bewarna coklat dibobnya, bola mata bewarna hijau, gerakannya yang sangat menarik membuatnya terlihat sempurna dimata orang lain. 5 menit berlalu, waktu latihan klub pemandu sorak pun habis. “kenapa hanya sebentar?” cetus Wendy. “salahkan dirimu sendiri!” Kata Alice sambil berjalan santai menuju ruang ganti. Sifat Alice yang dingin, keren dan pedas membuatnya memiliki banyak penggemar. Wendy menghampiri Josh yang sedang latihan basket lapangan dekat klub pemandu soraknya latihan. “hei, josh!” sapa Wendy penuh senyuman sambil menyodorkan air minum. “hei!” sapanya ganti. Azura melihat momen itu dari balkon lantai 3. “mungkin, aku hanya menang dalam busana dan sahabat. Tetapi tidak untuk dia.” Keluh Azura dalam hati sambil menatap tatapa hangat Josh pada Alice. “apa yang sedang kau lihat?” tanya Sally penasaran. Azura menunjuk arah Alice yang berjalan menuju pintu masuk sekolah. “hai teman-teman!” sapa Celine dari belakang Sally dan Azura. Sally dan Azura menoleh kearah Celine. “by the way, kenapa kalian menghindariku? Apa kalian melupakanku?” gerutu Celine. “ah, tidak. Itu mungkin hanya perasaanmu saja.” Azura melawan. “yeah, itu benar.” Tambah Sally. “oh, begitu ya? Maaf ya!” Celine tersenyum. Senyumannya seperti matahari pagi yang cerah.
“bagaimana menurutmu kalau kita mendekatkan Zenon dengan Celine?” tanya Azura.
“aku setuju. Bagaimana denganmu? Sally?” Alice menoleh kearah Sally yang sedang asyik mengirim pesan menggunakan iphonenya yang bewarna hijau, warna faforitnya. Sally terus tersenyum manis hingga tertawa sedikit. Azura dan Alice yang melihat momen itu menjadi heran dan berpikir bahwa Sally memang agak gila, walaupun Azura dan Alice sendiri juga sering mengalaminya saat mengirim pesan kepada orang yang disukai mereka. “freak.” Kata Alice sambil memutar bola matanya. Sally meletakkan handphone-nya dan mulai fokus. Sally melihat kearah Alice.
“aku setuju” jawab Sally
“so, apa rencana kita?” tanya Alice
“kita biarkan Zenon dan Celine berdua. Sedangkan kita mencoba menghindar dari Celine. Kau tahu, ide ini memang sedikit gila. Namun, kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi.” Jelas Azura, lalu memasukkan yogurt rasa strawberry yang bertoping oreo, choco chips, coklat dan permen kenyalnya.
“hei, you know what? Itu bukan sedikit gila, tetapi sangat gila!” seru Sally.
“yeah! Well, apakah kita tidak akan merasa kesepian tanpa Celine?” Tanya Alice.
“awalnya, aku juga berpikir begitu. Tetapi, kau tahu impiannya dan keinginan Zenon?” Azura meletakkan sendok yogurt-nya dengan pelan sambil menatap kearah dua sahabatnya itu.
“yeah. Terkadang kita juga butuh pengorbanan.” Alice setuju
“tetapi, kenapa harus persahabatan yang dikorbankan?” tanya Sally menatap Alice dan Azura. Azura dan Alice saling bertatapan dan kehilangan kata-kata. Disisi lain, Azura dan Alice ingin membuat Celine bahagia, disisi lain juga mereka tidak sanggup melepaskan Celine.
“oke, aku setuju! Let’s do it girls!” Sally akhirnya setuju akrena lebih mementingkan Celine daripada dirinya yang kehilangan Celine. Azura dan Alice tersenyum. “haha! Kita lakukan besok.” Alice senang. Azura mengangguk.
|
Celine melemparkan handphone-nya dengan kasar ke kasurnya yang empuk dan lembut. Ia merasa kecewa akan semua itu. Baru kali ini Azura, Sally dan Alice membiarkan Celine sendirian. Tetapi, Celine sudah tidak kesepian lagi saat ia mengirim pesan pada Zenon. Tak tahu mengapa Celine merasa nyaman ketika sedang ada masalah dan bercerita kepada Zenon. Zenon, lelaki tampan berambut coklat terang yang menyukai gadis bernama Celine berambut brunotte. Yeah, mereka memang pasangan serasih ketika dijodohkan. Celine sangat sempurna dimata Azura dan Zenon, sedangkan Zenon sangat sempurna dimata Celine. Zenon masih penasaran pada Celine. “apakah Celine juga menyukaiku?” tanyanya dalam hati. Menggenggam handphone bewarna hitamnya di kamarnya yang tidak terlalu luas namun sangat unik. Kamarnya pun bernuansa gotik dan tertempel beberapa poster band rock faforitnya. Piala dan medali pun terpampang dikamarnya. Jendelanya mengarah kearah hutan kecil disebelah rumahnya. Zenon ingin mengungkapkan perasaannya kepada Celine. Zenon sangat mahir dalam bidang Sains dan olahraga, tetapi ia tidak mahir dalam bidang perasaan. Setelah mengumpulaj keberanian. Zenon mencoba mengirim pesan pada Celine.
|
Setelah mengirim pesan itu, Zenon merasa lega. 1... 2... 3... Zenon melihat kearah handphone-nya lagi. Ia merasa bahwa ia salah mengungkapkan perasaannya. Zenon takut Celine tidak menerimanya. Namun tiga menit berlalu, handphone Zenon menyala. Zenon, melihat kearah handphone-nya.
|
Zenon merasa lega akan hal itu. Ia belum siap untuk mengungkapkan segalanya.
“Oh My Gosh! Josh dan george memang selalu terlihat tampan!” itulah bahasa para pemandu sorak. Klub pemandu sorak memang kebanyakan suka bergosip, terutama tentang lelaki. Yeah, anggota pemandu sorak tidak asing dengan kata, “Oh, My Gosh!”. Alice pun juga. well, mungkin bukan sifat Alice untuk banyak berbicara. Namun, murid-murid lebih menyukai sifat Alice yang ceria.
“hei, kau sudah siap untuk hari ini?” bisik Sally yang duduk disebelah Azura pada saat pelajaran Mr. Edward. “yeah” bisik Azura pelan. Sally mengarah kearah Alice yang duduk dibelakangnya. “kau?” tanya Sally. Alice mengacungkan jempolnya. Sally dan Azura tersenyum. “Miss Sally, Miss Alice, Miss...” kata Mr. Edward melirik kearah Azura yang tidak mengetahui namanya. “azura” Azura memutarkan bola matanya. Ia merasa kecewa karena Mr. Edward dapat menghafal nama Sally dan Alice, sedangkan ia tidak. “yeah, siapa saja terserah kau. Yang jelas, kalian tahu sekarang pelajaran matematika, bukan pelajaran BERBICARA.” Mr. Edward memelototi Azura. Lagi-lagi hanya Azura. Alice membersihkan kukunya dan tidak memedulikan. Sedangkan Azura, merasa tegang akan amarah Mr. Edward. “we’re sorry!” kata Azura dan Sally. Mr. Edward melirik kearah Alice. “sorry” kata Alice tenang sambil melihat kearah Mr. Edward lalu kembali fokus pada kukunya yang baru di menicure dan pedicure kemarin sore. Celine yang berada disebelah Alice merasa heran akan pembicaraan sahabatnya. “wait a second, apa yang kalian bicarakan?” Celine bertanya. Azura, Alice dan Sally mulai bingung. Alice tersadar akan situasi yang lebih penting draipada kukunya. “yeah, sebenarnya malam ini kami ingin ke Teen Cafe. Apa kau ingin ikut?” kata Azura sambil melirik kearah Sally dan Alice.
“yeah, that’s right!” jawab Alice. Sally mengangguk.
“ummm... oh... tentu saja. Aku akan datang!” jawab Celine lebih keras.
“Miss Alice, Miss Celine, Miss Sally, Miss...” Mr. Edward mencoba mengingat. “Ozona! Kalian keluar dari kelas!” bentak Mr. Edward. Teman-teman tertawa saat mendengar kata “ozona, o-z-o-n-a” Azura semakin sebal. “Azura, sir!” Azura mengingatkan. “whatever!” kata Mr. Edward sambil menunjuk pintu keluar. Azura, Alice, Sally dan Celine keluar dari kelas. Beberapa menit kemudian. “pfffh! Memang sudah nasib kita seperti ini.” Kata Celine memulai pembicaraan. Azura, Alice dan Sally menoleh kearah Celine. Celine melihat kearah Zenon yang keluar dari kelas. Azura, Alice dan Sally melihat momen itu. Oh no! Ternyata bukan hanya Zenon yang keluar dari kelas. George, Leonard daaan JOSH juga. Azura melihat Josh menatapnya. Azura menjadi malu. “hai!” sapa George pada Sally dengan senyum manisnya. “hai juga. sedang apa kau keluar kelas?” tanya Sally. “kau tahu, kami dihukum karena membicarakan sesuatu didalam kelas Mrs. Milly. Yeah, that was sucks!” kata George dengan lembut. “kau?” sambung George. “well, sama sepertimu.” Sally menjawabnya dengan sedikit malu karena ia tidak ingin menunjukkan hal terjeleknya kepada kekasihnya, George. George tersenyum. Zenon melihat kearah Celine yang sedang asyik bercanda dengan Azura. Alice menatap kearah Sally dan Azura dan menaikan satu alisnya. “sepertinya lip glossku tertinggal di toilet, sorry guys aku pergi dulu.” Azura berlari menuju belokan dikoridor sekolah. “aku harus memberikan pengumuman pada anggota pemandu sorak. Sorry!” Alice ikut berlari mengejar Azura. “aku bantu!” jawab Sally lalu berlari mengikuti Azura dan Alice. “hmmm... sepertinya aku harus menggandakan pengumuman klub basket. Kami pergi dulu ya!” kata Josh melirik kearah George dan Leonard. “yeah, jangan terlalu lama ya!” Zenon mengingatkan. Josh, George dan Leonard berjalan menyusuri koridor sekolah. Well, kini hanya ada Celine dan Zenon. “sebenarnya...” kata Zenon dan Celine bersamaan. Zenon terdiam dan menatap Celine tanda mempersilahkannya berbicara terlebih dahulu. “tidak, kau saja dulu.” Jawabnya. Zenon semakin penasaran. Mungkin tadi Celine ingin mengungkapkan bahwa Celine juga menyukai Zenon. Namun, Celine balik bertanya. Zenon menjadi semakin berdebar-debar. “sebenarnya... aku menyukaimu. Ini memang konyol. Haha!” Zenon tertawa lalu kembali kewajah seriusnya. “hmmm... kau tadi ingin bilang apa?” tanya Zenon penasaran. “aku hanya ingin tanya, ini mungkin juga agak konyol. Tapi...” Celine tidak ingin meneruskan. Zenon tahu tanda itu, tanda bahwa Celine juga menyukainya. “yeah?” Zenon penasaran. “sebenarnya, berapa harga kaus band yang kau pakai kemarin?” tanya Celine. Zenon mulai kecewa. “tidak, aku hanya bercanda. Sebenarnya, aku juga ingin mengatakan hal yang kau katakan.” Celine berbicara dengan senyuman malunya. Zenon tersenyum. “so... kau menerimaku?” tanya Zenon. “yeah, tentu saja.” Jawab Celine lalu memeluk Zenon.
“YAY! Yippie!” Azura dan Sally menari dan bersorak bahagia. “yeah, we did it girls!” seru Alice melanjutkan. Dibelakang Azura ternyata ada Josh, George dan Leonard. Josh memegang pundak Azura. “hei, memang ada apa?” tanya Josh dengan nada yang bagi Azura sangat keren! “sekarang Zenon dan Celine...” kata Azura sambil membuat bentuk hati ditangannya. “what the hell is that?!” kata Leonard tidak percaya. “ternyata, rencana kami juga berhasil!” tambah George. “wow wow wow! Your plan?” kata Azura tak yakin. Josh mengangguk. “yeah, the king of boy plan.” Kata Leonard percaya diri. “so... kalian juga merencanakan ini? Dan alasan untuk mem-photo copy pengumuman klub basket itu bulshit?” tanya Alice dengan nadanya yang pedas. “well, bisa dibilang begitu.” Jawab Josh dengan tenang. “yeah, terimakasih atas kerjasama yang rahasia ini ya!” Sally berterimakasih. Alice dan Azura tersenyum. Josh, Leonard dan George mengangguk. “thanks juga ya!” kata George.
“YAY! Yippie!” Azura dan Sally menari dan bersorak bahagia. “yeah, we did it girls!” seru Alice melanjutkan. Dibelakang Azura ternyata ada Josh, George dan Leonard. Josh memegang pundak Azura. “hei, memang ada apa?” tanya Josh dengan nada yang bagi Azura sangat keren! “sekarang Zenon dan Celine...” kata Azura sambil membuat bentuk hati ditangannya. “what the hell is that?!” kata Leonard tidak percaya. “ternyata, rencana kami juga berhasil!” tambah George. “wow wow wow! Your plan?” kata Azura tak yakin. Josh mengangguk. “yeah, the king of boy plan.” Kata Leonard percaya diri. “so... kalian juga merencanakan ini? Dan alasan untuk mem-photo copy pengumuman klub basket itu bulshit?” tanya Alice dengan nadanya yang pedas. “well, bisa dibilang begitu.” Jawab Josh dengan tenang. “yeah, terimakasih atas kerjasama yang rahasia ini ya!” Sally berterimakasih. Alice dan Azura tersenyum. Josh, Leonard dan George mengangguk. “thanks juga ya!” kata George.
To Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar