Back Off Celine!
“hoahm! Semenjak kejadian itu, Celine selalu saja menghindar. Apakah kita salah karena sudah membuatnya pacaran dengan Zenon?” Tanya Azura yang telah bangun dari tidurnya di rumah Alice. “well, kita tidak akan salah. Karena kita tidak berniat untuk menjerumuskan Celine. Aku hanya berpikir, bahwa Zenon lah yang membawa pengaruh buruk untuk Celine.” Jawab Alice. “yeah, sepertinya begitu. Saat ini, aku merasa agak kesepian. Sally tidak bisa ikut menginap dirumahmu, karena kencan dengan George. Sedangkan Celine, mungkin sudah melupakan kita karena keberadaan Zenon. Mungkin lelaki memang membuat persahabatan menjadi hancur ya?” tanya Azura tak yakin. “tidak juga. kita juga harus mengatur waktu. Kapan untuk kekasih dan kapan untuk sahabat.” Jelas Alice. Azura mengangguk.
Alice mengambil sekotak susu dari dalam lemari esnya yang berpintu dua dengan hiasan kulkas yang tertempel foto Alice dan keluarganya. Lalu, Alice mengambil sekotak sereal di salah satu laci dapurnya yang bersih. Alice meletakkan semuanya di meja. Alice dan Azura mulai untuk menyantap sarapannya masing-masing. “what should we do today?” tanya Alice yang mengharapkan suatu kegiatan yang mengasyikkan bersama sahabatnya. Azura melirik sambil tersenyum. Alice tersenyum dan mulai mengetahui apa jawaban dari Azura. “let’s go shopping!” seru mereka berdua, lalu kembali menyantap serealnya.
Dipagi yang cerah ini, Celine hanya sendirian di kamarnya yang bernuansa putih dan hijau muda. Well, mungkin karena ia terbawa suasana sciens-nya yang berhubungan dengan alam. Pagi ini seperti biasa, burung mulai bernyanyi-nyanyi di luar jendela Celine, embun pagi menetes dari daun ke tanah dan udara pagi yang sejuk. Namun hanya satu yang membedakan, yaitu perasaan dari Celine. Celine mulai merasa kesepian tanpa sahabatnya. Ia merasa semua yang dilakukannya salah. Namun, apa boleh buat. Dia hanya dapat diam hingga sahabatnya sadar apa yang telah mereka lakukan terhadap Celine dan Zenon.
Zenon : hey! Celine : hi :( Zenon : ada apa? Celine : nothing, aku hanya merasa sedikit kesepian. Zenon : kau tahu, rasa kesepianmu mungkin hanya sebentar. Suatu saat, mereka akan sadar bahwa kau adalah sahabat terbaik mereka. Celine : sampai kapan aku harus berpura-pura tidak memedulikan mereka? Zenon : sampai mereka sadar :) jalani dulu apa adanya. Tuhan sudah menentukan takdirmu, takdirku dan takdir mereka Celine : thanks :* Zenon : =) |
Celine melemparkan handphone-nya ke kasurnya yang empuk. Celine bingung harus melakukan apa hari ini. Hari ini, adalah hari Minggu. Yay! Mungkin bagi sebagian anak remaja lainnya, hari Minggu adalah hari yang sangat menyenangkan. Namun, Minggu ini berbeda. Celine merasa kesepian dan merasa sedikit galau. Tiba-tiba Zenon menelponnya.
“hey, kau sibuk hari ini?” kata Zenon. “aku rasa tidak.” Jawab Celine dengan lembut. “aku akan menjemputmu pukul 9. Kau harus siap ya!” ajak Zenon. “what? Bu..t..t” celine tidak bisa melanjtukan kalimatnya. “sudahlah, aku tidak suka kalau kau terus bersedih. Dimana Celine yang ceria dan senang tersenyum?” kata Zenon sambil tertawa kecil. “okay, jika kau memaksa. Haha!” jawab Celine. “see ya, my dear.” Kata Zenon. “yeah.” Kata Celine. Tombol tutup telepon sangat berat untuk ditekan oleh Celine. Baginya, berbicara dengan Zenon seperti ia berada di pagi hari yang cerah dan indah. Namun, saat Zenon menutup telponnya. Suasana berganti menjadi malam hari. Dimana, Celine merasa kesepian saat semuanya terlelap. Celine pun segera bersiap-siap untuk pergi dengan Zenon. Kali ini, Celine memakai rok pendek dan baju tanpa lengan yang bewarna soft. Roknya bewarna coklat muda dan bajunya bewarna putih keju. Rambutnya, ia kepang satu di sebelah kiri. Celine juga menyiapkan tas Levi’s dan sunglass bewarna coklat Gucci-nya. Setelah menyiapkan itu semua, Celine mulai bersantai dan memesan perawatan menicure dan pedicure pribadinya. Yah, perempuan memang identik dengan perawatan, kecantikan dan gaya.
“hey, apakah kau memiliki sepatu high heels bewarna hitam?” tanya Azura. “ada. Coba lihat di kardus itu!” jawab Alice sambil menunjuk ke tumpukan kardus sepatu milik Alice. “kau memiliki yang lain selain ini?” tanya Azura lagi sambil memperlihatkan sepatu yang ingin dipakainya. “tidak, aku tidak suka warna hitam.” Jawab Alice. “owh, okay! Aku pilih ini saja.” Jawab Azura sambil tersenyum. Alice melanjutkan untuk mencari baju yang cocok untuknya. “choose one! This one or this one?” tanya Alice memperlihatkan baju tanpa lengan bewarna biru dengan corak corak bunga bewarna ungu dan hijau dan baju lengan pendek dengan rajutan dibagian dada dan leher. Semua itu harus dipilihnya agar cocok dengan bawahan celana pendek bewarna hitam dengan sabuk besar bewarna coklat. “aku rasa yang itu.” Jawab Azura sambil menunjuk kearah baju tanpa lengan. Alice menurunkan tangannya. Setelah mereka sibuk berdandan. Mereka mulai berangkat dengan mobil Azura yang bewarna putih dengan atap mobil yang terbuka.
Celine duduk di salah satu cafe di pinggir jalan. “dimana Zenon?” gumam Celine. Celine duduk termenung karena Zenon meninggalkannya di cafe itu. Celine penasaran dengan apa yang akan Zenon berikan kepadanya. Sudah hampir lima belas menit Celine menunggu, dan itu terasa lama karena keinginannya bersama Zenon. Celine mulai berdiri untuk mencari Zenon. Ia tidak ingin sendirian. Celine pun keluar dari cafe itu dan memandang sekelilingnya untuk mencari Zenon. “apa yang kau lakukan?” tanya Zenon. “mencarimu.” Jawab Celine sambil menunduk. Zenon tersenyum. “lihat ini!” perintah Zenon. Zenon memberikan teddy bear kecil dengan bulu keriting lembut bewarna coklat. “cute!” puji Celine. “ini buatmu. Agar kau memiliki teman dan tidak sendirian.” Jelas Zenon. Celine menerima boneka itu. “ayo kita pergi!” ajak Zenon. “kemana?” tanya Celine. “nanti kau akan tahu.” Jawab Zenon dengan lembut. Zenon membukakan pintu mobilnya. “kau jangan terlalu sering menggunakan mobil. Ingat akan global warming.” Canda celine. Zenon tertawa kecil. Akhirnya mereka sampai “di Stonestown Galleria Mall” di San Fransisco, California. “untuk apa kita kemari?” tanya Celine. “hey, kau perempuan bukan? Disinilah surgamu.” Canda Zenon. Celine tersenyum. “jadi, kau ingin menemaniku berbelanja?” tanya Celine ragu. Zenon terse“Miss Sixty” salah satu merek baju terkenal yang disukai Azura. Modelnya yang modern dan remaja. Karena itu, Azura sangat menyukainya. Miss Sixty memang berpusat di New York. Namun, di California tepatnya di san Fransisco juga tak kalah. Terkadang Azura sering berpergian ke New York demi membeli Miss Sixty terbaru. Alice, juga sangat menyukai merek tersebut. Alice sangat menyukai dress yang bermodel rumit. Alice dan Azura tersenyum saat memasuki pintu dari tempat belanja tersebut. “i feels like i’m in heaven.” Kata Alice. Azura tersenyum. “yeah, aku sudah lama tidak kemari. Ternyata sudah ada banyak model terbaru.” Respon Azura. Alice langsung mencari-cari dress faforitnya. Alice dan Azura asyik mencari baju, sepatu dan aksesoris lainnya. Tak sadar, mereka sudah membuat tumpukan baju. Alice dan Azura mulai mencobanya. Ketika sedang mencari dress, Alice melihat Celine dan Zenon ada di toko yang sama. Alice menarik tangan Azura dan masuk ke kamar pas. “hey, apa yang kau lakukan?!” cetus Azura. “diamlah dulu.” Kata Alice sambil mengintip Celine dan Zenon. “ada apa sih?” tanya Azura. Alice tidak menjawab. “akhirnya mereka keluar juga.” kata Alice lega. “mereka? Siapa?” Azura semakin penasaran. Alice keluar dari kamar pas menarik tangan Azura untuk keluar juga. “Celine dan Zenon tadi kemari.” Jelas Alice. “w..w..what? Celine dan Zenon? Sudah kuduga. Pasti Zenon adalah pengaruh terburuk untuk Celine.” Cetus Azura. Alice memutar bola matanya. “ayo kita susul mereka!” seru Azura. Azura berlari menuju kasir untuk membayar bajunya lalu, berjalan dengan agak cepat untuk mencari Celine dan Zenon. Alice tertinggal di belakang. “harusnya, aku tidak menceritakan ini padanya.” Sesal Alice yang tertinggal jauh oleh Azura. Azura terus mencari Celine. “sedang apa kau?” tanya Sally dari belakang. Azura melihat Sally bersama George, Leonard daaan Josh. “sebenarnya, ada sedikit masalah. Kau?” tanya Azura. “aku hanya ingin pergi dengan George.” Jawab Sally tersenyum. “hey, mengapa kau tidak mengajakku? Mengapa Leonard dan Josh juga bersamamu?” cetus Azura. “well, aku bertemu mereka saat di bioskop.” Jelas Sally. “mengapa kau tidak menelponku?” azura kesal. “maafkan aku. Aku kira kau sedang sibuk dengan Alice.” Jawab Sally sambil melihat samping Azura. “dimana Alice?” tanya sally. “OMG! Aku meninggalkannya!” Azura tersadar. Sally tersenyum. “kami, duluan ya! Temui kami pada jam 12 di starbucks Cafe!” perintah Josh. Sally dan Azura mengangguk.
“hey!” sapa Alice yang tiba-tiba datang. Alice membawa dress LIMITED EDITION. “what? Itu dress limited edition? Mengapa kau tidak mengabariku?” cetus Azura kesal. “well, yeah... kau tadi berlari dan aku tidak sempat mengejarmu. Lalu, aku melihat dress itu. Tetapi sayangnya, dress itu sudah habis, karena aku membelinya.”jelas Alice. Azura kesal sekali karena tidak dapat mendapatkan dress tersebut. Padahal, ia sangat mengidam-idamkan dress tersebut dari majalah fashion yang tidak dijual dipublik. “hi, girls!” sapa Zenon. Celine tersenyum. Lalu, Zenon dan Celine berjalan lagi. “hah?” kata Azura, Sally bingung. Alice yang tadinya bangga melihat dress barunya terpana pada Celine. “apakah itu benar Celine?” tanya Alice. “i think... yeah.” Jawab Sally.
12.30 pm! “cmon girls!” kata Sally keluar dari salon. Alice meluruskan rambutnya. Azura menyemir rambutnya menjadi warna coklat. “OMG, kita telat 30 menit!” Alice terkejut setelah melihat jam tangan bermodel gotiknya. “haha! Mungkin mereka bersedia menunggu kita.” Tawa Azura.
“hey, kemana saja kalian?” tanya Josh. “sorry.” kata Azura singkat. “kami menunggu setengah jam tahu!” kata George. “mengapa kalian menunggu kami? Kalian kan juga dapat menelpon kami.” Kata Sally memperotes. Leonard, Josh dan George saling memandang.
“kau tahu, sifat Celine akhir-akhir ini berubah.” Kata Azura. “mungkin hubungan mereka dapat mengganggu persahabatn kita. Namun, hubungan mereka tidak seperti kami. Ya kan?” kata George melingkarkan tangannya kepundak Sally. Sally tersenyum. Alice dan Josh memutarkan bola matanya. Azura tertawa kecil. “jadi, apa rencana kita?” tanya Leonard. “kita pisahkan saja mereka!” kata Azura bersemangat. “kau jahat sekali.” kata Josh. Azura termengung. “haha! Tapi itu juga ide bagus. Kalian menjauhkan Zenon dari Celine dan kami menjauhkan Celine dari Zenon. Deal?”jelas Alice. “deal!” akhirnya mereka sepakat untuk menjauhkan Celine dengan Zenon.
“argh, i hate Monday!” teriak Azura dari kamarnya. “hey, hari ini Mom tidak ada dirumah.” Kata Selviora, adik Azura dari balik pintu. “So...?” jawab Azura. “aku hanya mengabari.” Jelas Selvioran. “owh, yeah. What the hell!” jawab Azura lagi. Selviora pun pergi dari balik pintu Azura.
“Hey, Celine!!!” Sapa Alice, Azura dan Sally kepada Celine ditempat duduknya dengan senyum palsu mereka yang lebar. “kali ini, kau akan kami ajak jalan-jalan. Kau akan menghabiskan waktumu dengan kami. Hahaha!” kata Alice. Celine terkejut melihat tingkah sahabatnya itu. “owh yeah, whatever. Tadi kami hanya akting. Intinya, hari ini kau akan menjalani hari dengan kami.” Jelas Azura dengan wajahnya yang cuek. Celine tersenyum senang.
The bel’s ringing. “ok girls, let’s move!” ajak Sally. Azura, Alice dan Celineberjalan menuju pintu kelas. Setlah keluar, Celine melihat Zenon sedang berjalan kesebelah kiri koridor sekolah. “itu Zenon.” Kata Celine. “Zenon!” panggil Celine namun tidak membuat Zenon berbalik arah. Alice menutup mulut Celine. “psst, kau tidak dengar gosip tentang Zenon?” tanya Alice. Celine menggelengkan kepalanya. “what gossip?” tanya Celine balik tak percaya. Alice, Azura dan Sally saling bertatapan. “yeah.. well.. uhm... yeah... sulit untuk dijelaskan. Namun, dia adalah pengaruh buruk buatmu. Kami sebagai sahabat hanya ingin kau menjadi yang terbaik.” Jelas Azura. “yeah, kami tahu bahwa dengan Zenon itu bukan yang terbaik.” Tambah Sally. “benarkah?” Celine tak percaya dan mulai mengeluarkan ekspresi kecewanya pada Zenon. Ia melihat George merangkul pundak Zenon dan beranjak pergi. Celine tidak percaya apakah Zenon benar-benar berpengaruh buruk atau tidak. Ia mempercayai Zenon namun ia juga mempercayai sahabatnya. Ia bingung. Azura melihat wajah gadis tersebut yang bingung. Azura dapat memahami rasa bingung itu. Karena, ia sebenarnya juga bingung pada Josh. Dia sudah memiliki Wendy Alajozy the Quuen of School, tetapi disisi lain Josh sangat perhatian pada Azura melebihi perhatiannya pada Wendy. Azura juga bingung antara mempercayai sifatnya dibelakang Wendy atau sifatnya didepan Wendy. Azura mulai tidak tega melihat wajah sahabatnya itu. Sally dan Alice tidak mengerti, namun Azura mengerti. “sudahlah Celine, ayo kita pergi!” ajak Azura sambil tersenyum manis pada Celine.
“get away from my way nona yang TIDAK populer tetapi berlagak POPULER! Kau harusnya menyadari itu! Understood?” sindir Wendy didekat lokernya. “owh yeah, yang terpenting aku tidak seperti TARZAN yang POPULER!” sindir Azura balik. “huh!” Wendy mengibaskan rambutnya dan berjalan dengan ritme yang kesal. Azura mengambil sepatu boots diantara koleksinya yang ia bawa dari Paris saat ibunya belanja dimusim dingin yang lalu. Ia merindukan ibunya yang kini tinggal di London. Ia sungguh ingin kesana menemui ibunya.
“sorry girls, i’m late!” Kata Azura setelah berlari menuju kursi di cafetaria sekolah. “oh wow! Blink blink?” Azura heran. “yup, aku rasa tema cafetaria ini sudah berganti. Yang dulunya bertema gotik sekarang menjadi glamorous.” Komentar Sally lalu meminum ice blend miliknya. “hey, kau memakai dress limited edition itu!” Azura kaget melihat Alice memakai dress impiannya. “so what?” tanya Alice cuek. “aku menginginkannya.” Kata Azura agak egois. “whatever.” Kata Alice cuek. Azura melihat wajah Celine yang melihat kearah Zenon. “Zenon sama sekali tidak melihatku. Apa dia sudah melupakanku?” Kata Celine dalam hati. “hey you, tukang cemberut. Cobalah short cake ini, mungkin dapat membuatmu tersenyum.” Kata Azura menyemangati. Ia berharap akan seseorang yang dapat mengerti tentang dia seperti yang ia lakukan pada Celine. Celine tersenyum. Ia merasa sudah dipedulikan lagi oleh sahabat-sahabatnya. Namun, disisi lain ia sangat sedih atas perubahan Zenon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar